Intan berjalan kembali ke kelasnya , melewati lorong dan tetap dengan suara berdecit dari lantai. Menaiki tangga dekat dengan pohon palm yang berjajar rapi yang ada di sekitar sekolahnya. Sesampainya di kelas XI 3 , dia disambut oleh sahabatnya Dini.
“Ehem ehem...” Dini
mungkin berpura pura batuk kali ini.
“Apa jeng Dini?”
Jawab Intan dengan ‘ngelel’ atau mengeluarkan lidah dari mulutnya.
“Engga engga , mau
ke parkiran kan?Bareng yuk , aku juga mau kesana”
“Boleh boleh”
Mereka berjalan
bersama menuju parkiran sekolah yang cukup luas. Banyak mobil yang parkir
disana , motor pun tidak kalah banyaknya. Matahari sudah hampir sampai di atas
kepala. Panasnya cukup menyengat , untunglah di parkiran tersebut sangat banyak
sekali pohon , lahan parkir sekolah tersebut hampir ditutupi bayang bayang
pohon.
Intan melihat Rendy
berjalan dari arah barat sekolahnya , karena jalan masuk ke parkiran tersebut
ada beberapa salah satunya arah barat tersebut. Dia sengaja berpura pura tidak
melihat Rendy dan berbincang bincang dengan Dini sampai Rendy yang menyapanya
terlebih dahulu.
“Hey Intan!”. Panggilnya sambil
melambaikan tangannya tinggi tinggi.
Intan hanya
membalas dengan senyuman. Matanya menyipit karena sinar matahari yang cukup
terang. Ia bergegas menghampiri Rendy dan berpamitan pada Dini yang di saat
bersamaan sudah sampai di tempat tujuannya , Herman.
“Panas ya hari
ini”. Rendy membuka pembicaraan
“Ya gitu deh ,
Bandung udah sama kaya Jakarta kayanya” Rasa gugup Intan benar benar hilang
kali ini , di seperti sudah akrab akibat kejadian di UKS.
“Mau pulang
langsung atau gimana nih?”
“Huh?Maksudnya?”
Tanya Intan heran.
“Emm , Aku mau
ngajak kamu jalan , gimana?”
“Hah?Hem yaudah deh
ayo” Jawab Intan setuju.
Mereka berbincang
bincang dijalan. Mereka berdua ternyata memiliki kesamaan yang sama , punya
kebiasaan aneh kalau gugup. Rendy kalau gugup suka pengen muntah , sedangkan
Intan.. yaah menarik nafas panjang. Keduanya tertawa saat membahas perbincangan
itu di mobil Rendy yang sangat nyaman.
Saat Intan
menanyakan bagaimana persiapan tim basket , Rendy menjawab kalau persiapan tim
basketnya tersebut sudah mencapai sembilan puluh sembilan persen. Dan Rendy
juga meminta agar Intan menonton pertandingan basket beberapa hari lagi. Karena pertandingan
di gelar di Mess basketnya SMA Bina Karya yang tak jauh dari SMA Rusa Putih.
Mereka akhirnya
sampai di sebuah Mall di Bandung , Supermall lebih tepatnya karena dengan
bangunan yang sangat megah berdiri diantara gedung gedung pencakar langit yang
ada. Di kedua sisi mall tersebut menjulang tinggi tower yang bisa melihat kota
dari atas.
Setelah sampai di
tempat parkiran mobil dan berjalan memasuki mall tersebut , mereka berdua
berjalan menuju mall. Suasananya sejuk karena AC menyala dengan baik. Toko toko
berjejeran dengan rapi di sepanjang lorong utama mall tersebut. Tempat pertama
yang mereka kunjungi adalah tempat makanan cepat saji dari Jepang yang
menyediakan berbagai makanan khas Jepang.
“Makan dulu
yuk?udah waktunya makan siang kayanya”. Ucap Rendy sambil melihat jam tangan
yang menunjukan pukul 11.57.
“Hem boleh deh ,
yuk”. Jawab Intan menyetujui usul Rendy karena Intan tidak sempat menghabiskan
sarapannya tadi pagi.
Mereka masuk ke
tempat tersebut. Disambut oleh pelayan dengan sangat ramah. Mereka duduk di
salah satu meja yang kosong dan Rendy memesan makanan yang sangat khas dari jepang;
mie ramen.Sedangkan Intan , mengikuti apa yang Rendy pesan.
“Sering makan
disini ya?”. Tanya Intan
“Gak sering juga
sih , tapi lumayanlah setiap pertandingan basket selesai sama anak anak suka
makan disini”
“Oh pantesan”
“Pantesan gimana?”.
Rendy terlihat bingung kali ini
“Enggak kok
enggak”. Mungkin yang di maksud Intan adalah karena Rendy disambut hangat oleh
para pelayan disini.
Pesanan akhirnya
datang 5 menit setelah mereka memesan makanan tadi. Dan mereka berdua makan
dengan lahap karena di sekolah tadi tidak ada jam istirahat. Rendy makan dengan
sangat lahap tapi juga teratur. Intan makan tidak terlalu cepat namun tidak
juga terlalu lambat.
“Emm.. aku ingat
kenapa aku menyukai gadis ini” Rendy berucap dalam hatinya. Dia melihat Intan
sesekali , saat makan Intan memang terlihat lebih manis karena ia makan seperti
seorang bangsawan yang tetap keep it beautifull.
Rendy yang pertama
menghabiskan mie ramen tersebut. Sedangkan Intan masih setengahnya.
“Eh itu...” Rendy
lantas mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan kuah mie yang ada di
sekitar mulut Intan.
“Mmmakasih ya”
Intan merasa sangat malu saat itu , namun juga senang karena biasanya tidak ada
lelaki yang perhatian seperti Rendy.
Setelah selesai
makan , mereka berjalan kembali menyusuri mall. Rendy mengatakan kalau dia
ingin membeli sepatu baru untuk besok bertanding dan meminta Intan memilihkan
sepatu yang cocok untuknya.
Rendy menuntun
Intan menuju tempat sepatu langganannya , bukan langganan barangkali tapi
memang itu adalah toko sepatu milik ayahnya. Ayah Rendy dulunya bekerja sebagai
PNS , namun 10 tahun lalu ia kena PHK massal dari tempatnya bekerja. Ayahnya
lantas beralih profesi menjadi wirausaha , dan memilih untuk menjadi pembuat
sepatu olahraga. Sekarang tokonya sudah cukup maju dan terkenal.
“Tan , coba pilihin
mana yang bagus”. Pinta Rendy dengan halus
“Yang ini kayaknya
bagus Ren”. Katanya sambil mengambil sepatu basket berwarna putih merah dan
dengan motif abstrak yang modis.
“Hahaha , perempuan
emang hebat ya”
“Hebat kenapa?”
“Sepatu ini itu
sebenernya sepatu khusus. Dan kata ayah stoknya cuma ada 5 di toko dan gak akan
ditambah lagi”. Jelas Rendy
“Khusus gimana?”
“Yaah , desain
sepatu ini adalah desain dari ibuku dan ayah menganggapnya ini sepatu istimewa jadinya
limited edition gitu”. Kata Rendy sambil nyengir.
“Wow , memang
khusus ya..”. Intan menanggapi dengan senyum
Setelah itu Rendy
meminta sepatu itu dengan ukuran kaki 42. Cukup besar juga kakinya dan mungkin
karena sepatu itu hanya ada ukuran 39,40,41,42 dan yang paling besar 43. Rendy
berjalan ke kasir dan membayar untuk sepatu itu.
“Kok bayar
Ren?bukannya ini toko ayah kamu ya?”. Tanya Intan pada Rendy
“Hahaha , ya gitu
deh..”. jawabnya dengan singkat.
Hari mulai siang ,
tak terasa mereka menghabiskan satu setengah jam di dalam mall tersebut. Dan
pada akhirnya Intan mengajak Rendy untuk pulang.
“Ren , pulang
yuk?kamu belum sholat kan?”. Tanya Intan
“Heem , ayo deh ,
aku belum sholat nih”.
“Yaudah yuk ,
mumpung masih jam setengah duaan”
Mereka akhirnya pulang dari plesiran ke mall tersebut. Intan yang
biasanya canggung bila berhadapan dengan Rendy kini mulai menikmati hari hari
bersama Rendy. Tiga hari mereka selalu pulang bersama , tiga hari pula mereka
semakin berdekatan. Sepertinya timbul gerakan dari hati Intan untuk membuka
hatinya yang selalu ia tutup untuk seorang laki laki. Namun sepertinya ia masih
menunggu sesuatu , sesuatu yang sangat ia tunggu , entah apa itu.
Chapter 2 belum selesai.... to be continued...
BY : HISYAM FAKHRI